Minggu, 18 Desember 2011

sumba


OLEH :
YUBILAT TANGGU

SEJARAH DAERAH SUMBA BARAT DAYA

              Kabupaten Sumba Barat Daya termasuk Wilaya Provensi NTT dengan Ibu Kota Waitabula.Kabupaten ini yang terdiri dari 7 Kecamatan yakni :Kecamatan Wewewa barat,Kecamatan Wewewa Timur,Kecamatan Kodi,Kecamatan Wewewa Utara,Kecamatan Kodi Bangedo,Kecamatan Kodi Besar, Kecamatan Loura,dan Kecamatan Wewewa Selatan.kawasan berbukit dengan hutannya dan lahan lading dan dalam hubungan regional dengan Bandar udara di Tambolaka dan P elabuhan di Waikelo.
              Pada era globalisasi yang semakin canggih dan moder,masyarakat pada umumnya sudah mengabaikan akan kebudayaan yang menjadi warisan leluhurnya,karena masyarakat Sumba Barat Dayat semakin hari sudah semakin menurun dengan adanya perkembangan baru yang muncul dari budaya asing yang sangat mempengaruhi budaya Sumba Barat Daya.
           Oleh karena itu,pada kesempatan ini kami akan menjelaskan dan membahas budaya daerah Sumba Barat Daya.Budaya Sumba Barat Daya adalah dengan kepercayaan masyarakat marapu sebagai arwa leluhur,yang tidak terpisahkan dengan kehidupan masyarakat sumba.Dengan kepercayaan masyarakat marapu tersebut masyarakat meminta berkat.
1.     Kepercayaan Sumba Barat Daya.
                 Pada umumnya masyarakat SBD kepercayaannya asli marapu.Dengan kepercayaan marapu tersebut yang memiliki kehidupan di dunia dan di akhirat.
 Bagi masyarakat SBD marapu mempunyai arti yakni;
a.    Sang pencipta langit dan bumi
b.    Arwah para leluhur
c.    Makhluk halus yang memiliki kekuatan gaib

Beberapa bentuk-bentuk marapu di mana masyarakat SBD melakukan penyembahan kepad marapu yaitu: 
·         Batu kubur,yang berpola dolmen dengan bangunan rumah yang besar,yang melukiskan gong, tanduk-tanduk hewan,dan gambar manusia.
·         Patung,yang merupakan lukisan dari  manusia yang menggambarkan roh dari leluhur mereka.
·         Rumah adat,bahwa rumah adat adalah tempat tinggal leluhur yang telah meninggal.

                         Marapu bagi masyarakat Sumba Barat Daya tempat meminta berkat,perlindungan dan kehidupan yang kekal di dunia.di dalam satu kampung besar ada satu rumah adat yang di duduki oleh kepala suku (RATO). Rato ini yang kemudian di beri mandat dalam satu kampung,misalnya dalam satu kampung ada yang sakit,maka kepala suku yang di beri mandat untuk memberitahukan kepada arwah nenek moyang dengan berkata “appa dukina bara ama,apa tama bara ina”(Rato=meyampaikan kepada bapak dan menyampaikan kepada ibu)bahwa rato menyampaikan sang pencipta(rato=Ama wolo Ama Rawi)untuk meminta kesembuhan dari sakit tersebut dengan menjanjikan sesuatu hal seperti(pesta adat setelah kesembuhan dari orang yang sakit itu).
                      Dan ternyata orang sakit sembuh, maka perjanjian pesta adat (weijewa :saiso) harus dilaksanakan karena apabila tidak ditaati akan mengakibatkan orang sakit tersebut tambah parah penyakitnya dan bisa juga mengakibatkan kematian. Jadi, keyakinan masyarakat SBD sangat keramat (weijewa :erri) bahwa apapun yang dijanjikan kepada arwah leluhur harus di patuhi atau di tepati.
Didalam upacara dapat bahasa yang selalu diungkapkan masyarakat yakni :
v  “a rawina tana mono langita ” (pencipta langit dan bumi)
v  “a rawina dadi ata ”()yang menciptakan manusia
v  “a kanga wolla limma, a boka wolla wai ”(yang membuka jalan keluar masuknya manusia ).

2.    System  kemasyarakatan
                    Masyarakat Sumba Barat Daya mengatur sistem kekerabatan patrilinel, bahwa garis keturunan berada di seorang ayah.dengan demikian segalah kekuasaan ada pada seorang ayah.Masyarakat Sumba Barat Daya memiliki mata pencaharian hidup bertani dan berternak.Perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan harus berbeda kabissu (suku).Masyarakat Sumba Barat Daya beragam bahasa dalam komunikasi.dalam satu kecamatan berbeda dengan bahasa kecamatan lain.

a.    Proses Perkawinan Masyarakat Sumba Barat Daya.
Ada beberapa jenis –jenis perkawinan di Sumba Barat Daya yakni :
v  Kawin resmi dengan minang (dekemawinne)
v  Kawin lari (kedu ngindi mawinne)
v  Kawin jasa
v  Kawin masuk
v  Kawin ganti tikar

Tahap perkawinan yang dilakukan oleh Masyarakat Sumba Barat Daya :

v  Juru bicara (ata panewe)
                Bahwa keluarga pria mengutus seorang juru bicara pergi kerumah keluarga wanita dengan membawa parang,tombak, satu ekor kuda untuk meminta persetujuan dari keluarga wanita.
v  Melamar wanita (dengi winni pare – dengi winne watar)
                  Juru bicara (ata panewe)membuka pembicaraan dengan menyerahkan sirihparang dengan kain kepada keluarga wanita untuk  membicarakan maksud dan tujuan kedatangannya.juru bicara menyerahkan lagi parang , kuda dan tombak tersebutdengan meminta bibit padi (winni pare)dan bibit jagung (winni watar). Bahwa wanita yang dilamar itu dianggap sebagai bibit padi dan bibit jagung.
v  Loka adimbawe (om yang menerima lamaran)
                   Setelah dari pihak pria menyerangkan parang, kuda, dan tombak yang dibawakan tersebut sudah diterima tanda penerimaan lamaran tersebut maka babi yang dibawa pihak pria langsung dibunuh atas utusan dari Om (loka). Setelah itu kedua belah pihak makan bersama (nga’a) dengan peralatan tradiosional piring kayu (enga wasu) dan mangkok dari tempung kelapa (koba)
                     Sesudah makan (nga’a) kedua belah pihak menentukan atau membicarakan waktu,tanggal untuk masuk minta (ketege) dengan menentukan hewan yang harus dibawa dan setelah langsung dengan pemindahan wanita (dikki).

v  Upacara pembilian mas kawin (ya welli, deiba welli)
                       Pembilian mas kawin dengan mengumpulkan semua keluarga, seperti ;angua (saudara laki-laki), ana minne (saudara perepuan ), oleh dadi (saudara terdekat).dengan perkumpulan keluarga tersebut maka yang dikumpulkan yakni ;kuda, kerbau, babi, uang yang diperoleh keluarga tersebut.
                       Pada hari,tanggal dan bulan yang di sepakati bersama dari kedua belah piha untuk masuk minta dan pemindahan wanita maka dari keluarga pri pergi dengan menyiapkan juru bicara (ata panaewe), dengan membawa kerbau, kuda, babi, kain, sarung untuk diserahkan kepada keluarga wanita.sesudah menyerahkan antaranya kepihak Om (loka) menerianya. Jika sudah menerima dan memberi, maka kedua bela pihak diiakat dalam loloa dan wera (ana mantu). Pada saat itu gong dibunyikan serta orang menari woleka,payahau bagi kaum pria dan pakallaka oleh kaum wanita.setelah itu kedua belah pihak makan bersama.Sesuda semuanya selesai baru ditentukan hari untuk peresmian kawin adat oleh kepala suku (rato).

Nilai –Nilai Budaya Sumba Barat Daya

a.  Cara berkomunikasi antara orang yang lebih umur dengan orang muda.
                 Bahwa orang muda harus menghargai orang  yang  lebih umur.seorang yang lebih umur maka di sapa kakak (weijewa ; ka;a),dan kalau seorang sepupu maka disapa angu leba.kata –kata yang diucapakan dengan ka’a dan angu leba bertanda bahwa yang lebih muuda mengargai yang lebih umur. Demikian pun antara anak dengan orang tua, ana harus meghargai, mentaati orang tua tersebut walaupun tua itu bukan ayah dan ibu kandungnya.seorang anak yang berkedudukan sebagai anak harus menyapa orang tua dengan ama,inna,dan kata- kata tersebut merupakan penghormatan pada orang tua.
b.  Cara meneruskan budaya marapu kegenerasi muda.
                Masyarakat Sumba Barat Daya melakukan dengan cara mengajarkan kepada anak muada,anak  muda mengikuti upacara adat (saiso) sehingga dapat mempelajari tentang marapu,memahami dan dapat mengerti.urata dengi ura “ina mono ama a neena bali roo paburu mai ura ” bahasa itu hanya laki –laki yang mempelajari. Dan kaum wanita mempelajari seni tarian woleka,seni tenun, dan ketrampilan berupa alat –alat rumah tangga.alat –alat rumah tangga seperti menganyam tikar (teppe), tempat siri pinang (kaleku), yang terbuat dari daun pandan. Seni tenun ada bermacam-macam motif seperti kain ikat, dengan gambar mamoli dan binatang (wee paikku)

c.   Norma yang berlaku dalam masyarakt Sumba Barat Daya.
              Masyarakat Sumba Barat Daya orag luar melihat seolah –olah hanya mempunyai satu bahasa saja. Tapi ternyata orang  Sumba Barat Daya mempunyai suku (kabizzu)mengadakan uapacara adat (saiso) harus mengikuti upacara tersebut tapa memberitahukan. Karena dalam upacara adat itu bukan untuk masyarakat yang mengadakan saja tetapi untuk kepentingan bersama

              Masrakat Sumba Barat Daya menganut kepercayaan marapu.dengan kercayaan marapu tersebut apapun yang dilakukan oleh masyarakt Sumba Barat Daya baik dari awal memulai kegiatan sampai pada akhirnya semua kegiatan masyarakt tidak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan pada marapu untuk meminta petunjuk dan berkat.